Satu
kata untuk memulai hari ini. “Alhamdulillah”.
Aku
sangat bersyukur sampai detik ini masih diberi kesempatan untuk bernafas oleh
tuhan. Ya, tepat dihari ini usiaku bertambah. Dengan kata lain, jatah hidupku
juga berkurang. Melankolis sekali rasanya kalau mengingat waktu ke belakang.
Betapa uniknya tuhan membuat cerita tentang ciptaannya. Suka duka semua
berhasil dilalui. Banyak hal yang tak terduga muncul begitu saja hilir mudik
silih berganti. Entah sampai kapan karena kita memang tidak pernah diberitahu
ujungnya. Begitulah takdir. Dan sampai detik ini pula kita masih diperbolehkan
untuk melakukan hal-hal yang kita inginkan. Sungguh berkah yang tiada tara yang
terkadang kita lupa untuk mensyukurinya tiap saat.
Mungkin
kita semua pernah mengalami keadaan dimana mimpi dan keinginan di masa lalu
akhirnya telah terwujud. Lalu ketika keinginan yang lalu tersebut akhirnya
terpenuhi apakah sertamerta membuat kita merasa puas? Apakah kita merasa
bahagia karenanya? Pasti jawabanya “tidak”. Yakinlah bahwa manusia memang sudah
memiliki naluriah untuk selalu menginginkan sesuatu. Tatkala keinginan yang
satu terpenuhi, pasti akan muncul lagi keinginan yang lain. Dan begitulah terus
menerus sampai mungkin suatu saat sadar bahwa hidup ini tidak akan pernah
memberi kita kepuasan.
Keinginan,
hasrat, mimpi, harapan, cita-cita dari harta, cinta, karir, kesehatan, sosial, dan
bahkan hal-hal konyol sekalipun pasti selalu terlintas dalam pikiran kita dan
diawali dengan kata “ingin”. Bahkan sebagai contoh mungkin ada sebagian orang
yang merasa terlampaui dalam urusan harta, tetapi pada kenyataannya dia tidak
merasa bahagia akan hidupnya, atau dia merasa kesehatannya tidak sebaik harta
yang dimilikinya, atau relasi dan hubungan sosialnya tidak seperti yang dia
harapkan. Pada akhirnya bahkan ketika satu unsurpun terlampau meluber, akan ada
unsur lain yang membawanya kembali lagi ke angan-angan kata “ingin”. Ingin ini
dan ingin itu.
Kehidupan
ini serasa sebuah aneka tambang dimana manusia berlomba-lomba untuk menggeruk
apapun yang ada di dalamnya untuk kepuasan masing-masing. Lantas sampai kapan?
Tidak ada yang tahu. Mungkin sampai dimana dunia ini sudah tak ada lagi dan
tuhan sudah mengangkat kata “ingin” dari dalam manusia itu sendiri. Kita juga
sering mendengar istilah “putus harapan”. Menurutmu apakah orang yang
mengatakan hal tersebut benar-benar terbebas dari keinginan? Jawabannya adalah
“tidak”. Karena ada kondisi sebab akibat yang memunculkan istilah “putus
harapan” tersebut. Dimana pada awalnya dia berharap akan sesuatu tapi tak
terpenuhi hingga pada akhirnya dia mengatakan “putus harapan”. Lalu bagaimana
kalau seandainya harapan dia tiba-tiba saja datang dan dia diberi kesempatan
untuk menggapainya kembali? Apakah dia masih ada dalam kondisi putus harapan?
Ataukah dia akan mencoba mengambilnya lagi? Pastinya dia akan mencoba lagi untuk mengambil hal tersebut dengan kata
“ingin”. Dan kalaupun kesempatan itu tidak datang, yakinlah dia masih akan
mengatakan kata “ingin” untuk hal lainnya.
Semua
pemikiran ini menghadirkan berbagai macam kesenjangan dalam hidup. Dan betapa
kita semua menginginkan kesempurnaan yang bahkan sebenarnya kitapun tak tahu
bagaimana bentuk nyata kesempurnaan itu. Atau bahkan kesempurnaan memang
sebenarnya tidak pernah diciptakan oleh tuhan. Mungkin kesempurnaan adalah
sebuah proyeksi dari banyaknya keinginan manusia itu sendiri yang berpikir
apabila segala sesuatu terpenuhi maka artinya dia sempurna. Disini kita akan ingat
dengan istilah “Kesempurnaan hanyalah milik Tuhan” bahwa segala sesuatu itu
hanya dimiliki oleh Tuhan.
Pertanyaannya
salahkah manusia yang menginginkan kesempurnaan? Apakah itu berarti dia
menginginkan menjadi tuhan yang maha sempurna? Pasti tidak. Ya, karena memang
itu hal yang mustahil untuk dipikirkan oleh orang awam sekalipun. Keinginan
yang terlampau gila untuk dipikirkan. Sekali lagi, memangnya kamu ingin menjadi
tuhan? Konyol bukan?
Keinginan
pada dasarnya adalah naluriah manusia untuk berkembang. Kitapun ingat dengan
segala pembelajaran sejarah terdahulu yang membahas perkembangan dari masa
primitif sampai dengan modern kini. Zaman batu yang tergantikan dengan zaman
teknologi. Semua tentunya akibat dari adanya keinginan. Keinginan untuk terus
menyesuaikan. Tapi pertanyaannya menyesuaikan apa? Rasanya bumi-pun tidak
berubah begitu saja. Nyatanya yang berubah adalah pemikiran dan realitas
manusia itu sendiri yang tidak pernah merasa cukup akan sesuatu. Kita tak perlu
berbicara bagaimana suatu hal dikatakan positif atau negatif. Karena kepastian
dari hal tersebut layaknya memang sudah menjadi peraturan kehidupan. Sama halnya
dengan perkembangan. Seorang anak tidak bisa memilih untuk tidak tumbuh menjadi
dewasa. Perkembangan akan memaksanya untuk berubah. Tapi apakah itu sebuah
keinginan? Entahlah.
Aah..akupun
bingung kalau dihadapkan pada keinginan. Apalagi keinginan yang sulit
didapatkan. Tapi rasanya tidak ada yang salah untuk berharap akan sesuatu.
Begitulah hidup. Begitulah hasrat yang tuhan ciptakan. Tapi lebih dari
segalanya, aku hanya ingin agar hidup yang diberikan ini tidak terbuang
sia-sia. Menjalani segala hal baik sebisa mungkin tanpa merugikan siapapun.
Bersyukur atas segala berkah tuhan dan kasih sayang orang-orang yang telah berjasa
dalam hidup kita. Dan tentunya keinginan berbahagia dengan mencoba merasa cukup
akan segala hal.