Aku berlari, meloncat kesana kemari, menyerudukan tandukku dan terbang membuyarkan tubuhku sendiri.
Melayang,
terbang, dan hinggap diharibaan dedaunan maple. Kusatukan tubuhku kembali
membentuk sosok gesit dengan tanduk tanduk yang mencuat, mengakar ke udara dan
kembali loncat dengan girang.
Aku merasa
senang dengan sosokku ini. Menjadi sesuatu yang tak pernah terbayangkan
sebelumnya. Meskipun takdir sebagai manusia bukan berarti hal yang membosankan.
Hanya saja ini lain. Jelas hal seperti ini rasanya berbeda. Aku seorang rusa.
Aku s e o r a n g rusa. .
Tunggu, ada
yang salah. Aku memiliki ekor. Ya, aku seekor rusa sekarang. Seekor hewan yang biasanya jadi santapan
para hewan karnivora. Tepat sekali karena saat ini ada seekor harimau yang sedang
menguntitku dari tadi.
Dia mengejarku
berkali kali, meloncat, meraung, mengayunkan cakarnya, dan ketika cakar itu nyaris
mengenaiku, saat itu pula kubuyarkan tubuh ini menjadi serpihan debu yang
melayang layang diudara. Begitu terjadi berulang-ulang. Semua tubuhku terpisah menjadi atom atom kecil
kecuali jiwaku yang tetap satu dan masih bisa memandang harimau itu entah
dengan apa karena mataku sendiripun aku tak dapat merasakannya.
Sepertinya
harimau itu kesal karena aku benar-benar mengejeknya. Tapi dia tahu kalau aku tak
bisa selamanya menjadi serpihan serpihan yang terpisah. Aku pasti akan
menyatukan tubuhku kembali dan menjadi sosok rusa ajaib disalah satu sudut
ditempat ini. Dengan begitu ia terus mengamati gundukan serpihan tubuhku yang
mulai menyatu disudut sudut rerumputan. Tapi kali ini aku memilih untuk menjadi
sosok asliku, serpihan tubuhku membentuk sebuah proporsi tubuh yang sempurna,
tinggi semampai dengan kaki, tangan, jari jemari dan jadilah aku. Seorang
manusia berambut ikal lengkap dengan kain-kain yang menutup sebagian tubuhku.
Aku meloncat
dengan sisa-sisa tenagaku ke dedahanan pohon ketika harimau itu nyaris menyobek
kakiku. Aku berteriak “ sudah cukup hentikan !! aku lelah bermain dengamu” dan
harimau itupun berkata dengan suara yang terdengar merangkap dua “ aku juga
tidak ingin bermain denganmu rusa. Aku ingin memakanmu! Aku lapar! ” dan pada
saat itu harimau itupun perlahan membuyarkan pandanganku ketika samar-samar ia
berubah bentuk menjadi sosok dua orang anak laki-laki yang tak berpakaian. Kutaksir
mereka seperti anak-anak manusia usia 6 tahunan yang merengek kelaparan. “kita
berada dalam wujud yang sama sekarang, apa kalian masih ingin memakanku juga?”
aku meringsutkan wajahku pada dedaunan pohon. Aku memang masih bisa melayangkan
tubuhku dari dahan kedahan hanya aku tak punya energi untuk membuyar ataupun
merubah sosok tubuhku untuk saat ini. Aku meloncati dahan pohon apel yang
berbuah ranum dan masih menunggu jawaban mereka. Tapi tatapan mereka kepadaku
masih sama. Sama seperti tatapan laparku pada buah buah apel yang merah ini.
Kupetik satu apel dan berkata pada mereka “ cobalah apel ini. Aku heran kenapa
kalian terlalu haus akan daging. Meskipun aku tak tahu bagaimana rasa daging
dari tubuhku ini. Cobalah makan apel ini.. ayo coba..” aku melempar dua buah
apel pada mereka dengan gaya bukan seperti memberi makananan dengan bijak tapi
lebih seperti melempari mereka berdua dan mengusirnya supaya tidak mengangguku.
Aku tahu mereka hanya dua orang anak kecil
yang tak berpakaian dan merengek-rengek, tapi tetap saja aku tak rela
kalau mereka harus menggerogoti tubuhku. Beberapa kali kupikirpun tetap
hasilnya mengerikan. Mereka berdua menangkap apel yang ku lempar secara
bersamaan. Mencoba menggigitnya bergantian dan sesekali terlihat ekspresi berpikir
diraut wajah mereka, mengecap rasa baru dilidah yang terbiasa memakan daging.
Hampir aku mengira bahwa usahaku memperkenalkan rasa apel akan berhasil ketika
sontak saja aku terkaget. Mereka memuntahkan beberapa kunyahan apel yang sudah
mereka rasakan. Aku loncat ke dedahanan yang ada di belakangku, karena aku
yakin sesuatu yang buruk akan terjadi. Aku tak mau mereka tiba-tiba berubah
kembali menjadi sosok harimau dan memburuku ganas dengan amarah karena telah
memberikan rasa apel yang begitu tidak enak. Tapi dugaanku salah. Yang ada di
depan mataku adalah pemandangan bahwa dua sosok anak manusia itu bergelimpangan
dengan mulut yang berbusa. Ya tuhan, aku telah meracuni mereka.
0 comments:
Post a Comment