Chapter 3
- Senin
yang tak meyakinkan -
Go home Monday, nobody likes you! Itu mungkin ucapan yang
mewakili suasana pagi ini. Hari senin ini sama seperti senin-senin sebelumnya
dimana aku masih merasakan ketidak bisa move-on-an ku dari hari minggu.
Semalaman aku tidak bisa tidur karena cuaca yang kekinian terasa sangat panas.
Beberapa kali di tengah malam kubangun dan ngotak-ngatik remote AC. Alhasil dipagi
hari aku bangun kesiangan. Dan itu meningkatkan rasa malasku untuk
beraktifitas...
Bangun kesiangan ternyata tak menyebabkan ku telat masuk
kantor. Jam menunjukan 8.00 pas saat aku menekan tombol absensi. Tidak kurang, tidak lebih
sesuai jam masuk kerja. Kudapati masih banyak meja-meja kosong dikantor.
Sepertinya semua orang merasakan ke-mager-an yang sama di hari senin ini.
Termasuk para atasanku yang masih belum terlihat batang hidungnya. Disini hanya
ada aku dan beberapa staff IT. Seandainya tau akan seperti ini, harusnya aku menambah jam tidurku lagi.
Honestly, I still need to sleep….really..
Kubuka agenda harianku. Sesuai jadwal, hari ini seharusnya
aku menemani atasanku untuk meeting dengan klien. Tapi apalah dikata aku
mendapat pesan dari atasanku kalau dia harus pergi ke luar kota secara
mendadak. Dan aku harus menemui klien seorang diri. Well.. sepertinya rentetan
kesialan senin sudah dimulai. Baiklah, sini kau aku tak takut padamu..
Suasana kantor mulai ramai. Orang-orang sudah mengisi mejanya
masing-masing. Dan aku baru sadar kalau ternyata mereka semua memang sengaja
terlambat karena si bos absen keluar kota. Sungguh kesialan. Mereka lebih tau daripada aku. Jam menunjukan pukul 09.15. lima menit lagi aku harus
bertemu dengan klien.
“Teloleloleloleeeetttt….”
Tidak lama kemudian ada panggilan telepon dari resepsionis
kalau ada klien yang mencariku. Dan aku pun langsung menemuinya di ruang
meeting. Disini aku merasa benar kalau ada yang bilang dunia itu sempit. Ceritanya juga mudah ditebak. Kalian pasti bisa menerka siapa yang aku temui diruang meeting..
Si papah muda!! IYA !!
Bapak “ Marvelio Kenny Adhyasta “ !!
Bapak “ Marvelio Kenny Adhyasta “ !!
What… what… what.. kenapa orang itu ada disini?? Klien?? Kenapa kebetulan ini seakan-akan settingan ala sinetron. Hm..aku
harus tetap profesional. Aku berusaha menghilangkan rasa canggungku dan menyapanya dengan sopan santun, berkenalan, dan mempersilahkannya duduk.
“Halo.. selamat pagi..” sapaku dengan lembut dan senyum ala
iklan pasta gigi.
“Selamat pagi, dengan bu Flesi ya.. saya Marvel..” si papah
muda berdiri diikuti rekannya dan mengajak berjabat tangan.
“Oh iya pak Marvel, saya Flesi, senang bertemu dengan anda,
pasti sudah dikasih tau pak Gunadi ya..”
“Betul bu, tadi pagi saya mendapat telepon kalau pak Gunadi tidak
berkenan hadir dan sebagai gantinya bertemu dengan bu Flesi katanya. Kenalin
juga ini rekan saya, Rama..“
“Halo pak Rama, senang juga bertemu dengan anda, silahkan duduk…”
Sebenarnya aku merasa sangat awkward mengingat ini bukan
kali pertama aku bertemu dengan si papah muda ini. Tapi aku juga tidak yakin kalau
dia mengingat ku atau tidak dari pertama papasan di jembatan dan saling pandang di café kebab. Yang jelas aku berusaha akting seakan-akan kita baru bertemu dan benar-benar hanya
berbicara masalah bisnis. Lalu rekannya yang bernama Rama itu sejenak kupikir-pikir ternyata orangnya cakep. Tinggi, putih, klimis, badan atletis. Hampir sebelas dua belas dengan Marvel. Eh…
ko aku jadi gitu. Sejak kapan aku berpikir kalau Marvel itu cakep.. hmm… *geleng-geleng kepala..
“Kenapa bu Flesi, ada yang salah? Ko geleng-geleng? “
Tiba-tiba saja suara Rama membuyarkan lamunanku. Astaga..
sempat-sempatnya aku dibuat tidak konsen gini gara-gara ada dua orang cakep didepanku.
Yaah meskipun yang satu sudah jadi papah muda, kali saja yang satunya lagi masih
single. Eh eh.. ko jadi gini lagi sih aku..
Satu setengah jam berlalu. Meeting yang menguras tenaga lahir
batinpun selesai. Selain pembahasan bisnis yang mumet, beberapa kali naluri
single ku memberontak karena ada dua orang laki-laki keren satu meja denganku. Maklum, rasanya dikantorku tidak ada stok seperti mereka. Aku akui sebagai wanita, mereka ini
memang para lelaki yang mungkin bisa dengan mudah menebar pesona. Terlepas dari mereka single atau sudah punya pasangan, aku juga tidak terlalu peduli. Mengakui mereka cakep dan keren bukan berarti kalau aku “Suka” mereka kan. Lagipula
aku juga tidak setuju dengan pemahaman pelakor. 'Perebut laki orang'.
Setelah meeting selesai dan berpamitan, merekapun pergimeninggalkanku sendiri untuk kembali ke kantornya. Tapi sekali lagi aku tidak bisa lepas dari jeratan penyakit 'kepo'. Kali ini aku penasaran dengan Rama. Hanya penasaran. Itu saja. Kucoba dengan
iseng membuka Instagram. Memang, aku tidak tahu pasti nama lengkapnya. Tapi
aku punya satu petunjuk. Rasanya tidak mungkin kalau Marvel dan Rama tidak saling follow. Mengingat sepertinya dari cara mereka berkomunikasi, mereka memang rekan kerja sekaligus sahabat. Akhirnya kubuka akun Marvel, kucari dikolom followersnya dan kuketik nama
Rama.
Setelah meeting selesai dan berpamitan, merekapun pergi
Aha! Seakan aku adalah detektif terhebat. Atau rasa sumringahnya seperti mendapat Give Away. Disitu ternyata benar-benar ada nama Rama!! Padahal ada beberapa nama Rama, tapi akupun langsung tahu mana Rama yang kumaksud dari tampilan foto profilnya yang memang paling manis. Seperti eskrim yang ku suka. Es krim coklat dan vanila. Ya tuhan, kenapa dia sangat penuh pesona dalam foto profil tersebut… bagaimana cara mengeditnya??.. Oke. Ini batinku yang sudah semrawut.
Tanpa basa-basi aku langsung buka profil Rama yang dimaksud. Dan.............Private Account!! Misi gagal. Tapi paling tidak aku tau sedikit informasinya, namanya “Manggala Argadirama”, ada angka 93 di profilnya, mungkin tahun lahir? Seperti kebanyakan orang-orang hanya mengimput angka terakhir tahun lahir. Kalaupun iya, berarti dia lebih muda dariku. Profilnya sangat simple. Tidak ada informasi lain. Followersnya ribuan. Tapi tetap tidak sebanyak Marvel. Mungkin memang Rama lebih tertutup dengan akun media sosialnya.
Baiklah, apakah semua ini adalah kesialan? Atau keberuntungan?
Atau dua-duanya yang dicampur seperti coklat dan vanilla? Yang
jelas meeting senin pagi ini mungkin tidak terlalu buruk. Dan kemungkinan beberapa
waktu ke depan, aku akan berhubungan lagi dengan klien-klien keren itu. Terkait
bisnis tentunya..
atau lebih... . .
atau lebih... . .
#ngarep..
0 comments:
Post a Comment