Tuesday, April 12, 2016

R u s a


Aku berlari, meloncat kesana kemari, menyerudukan tandukku dan terbang membuyarkan tubuhku sendiri. 

Melayang, terbang, dan hinggap diharibaan dedaunan maple. Kusatukan tubuhku kembali membentuk sosok gesit dengan tanduk tanduk yang mencuat, mengakar ke udara dan kembali loncat dengan girang. 

Aku merasa senang dengan sosokku ini. Menjadi sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Meskipun takdir sebagai manusia bukan berarti hal yang membosankan. Hanya saja ini lain. Jelas hal seperti ini rasanya berbeda. Aku seorang rusa.

Aku  s e o r a n g  rusa. .

Tunggu, ada yang salah. Aku memiliki ekor. Ya, aku seekor rusa sekarang. Seekor hewan yang biasanya jadi santapan para hewan karnivora. Tepat sekali karena saat ini ada seekor harimau yang sedang menguntitku dari tadi. 

Dia mengejarku berkali kali, meloncat, meraung, mengayunkan cakarnya, dan ketika cakar itu nyaris mengenaiku, saat itu pula kubuyarkan tubuh ini menjadi serpihan debu yang melayang layang diudara. Begitu terjadi berulang-ulang.  Semua tubuhku terpisah menjadi atom atom kecil kecuali jiwaku yang tetap satu dan masih bisa memandang harimau itu entah dengan apa karena mataku sendiripun aku tak dapat merasakannya.

Sepertinya harimau itu kesal karena aku benar-benar mengejeknya. Tapi dia tahu kalau aku tak bisa selamanya menjadi serpihan serpihan yang terpisah. Aku pasti akan menyatukan tubuhku kembali dan menjadi sosok rusa ajaib disalah satu sudut ditempat ini. Dengan begitu ia terus mengamati gundukan serpihan tubuhku yang mulai menyatu disudut sudut rerumputan. Tapi kali ini aku memilih untuk menjadi sosok asliku, serpihan tubuhku membentuk sebuah proporsi tubuh yang sempurna, tinggi semampai dengan kaki, tangan, jari jemari dan jadilah aku. Seorang manusia berambut ikal lengkap dengan kain-kain yang menutup sebagian tubuhku. 

Aku meloncat dengan sisa-sisa tenagaku ke dedahanan pohon ketika harimau itu nyaris menyobek kakiku. Aku berteriak “ sudah cukup hentikan !! aku lelah bermain dengamu” dan harimau itupun berkata dengan suara yang terdengar merangkap dua “ aku juga tidak ingin bermain denganmu rusa. Aku ingin memakanmu! Aku lapar! ” dan pada saat itu harimau itupun perlahan membuyarkan pandanganku ketika samar-samar ia berubah bentuk menjadi sosok dua orang anak laki-laki yang tak berpakaian. Kutaksir mereka seperti anak-anak manusia usia 6 tahunan yang merengek kelaparan. “kita berada dalam wujud yang sama sekarang, apa kalian masih ingin memakanku juga?” aku meringsutkan wajahku pada dedaunan pohon. Aku memang masih bisa melayangkan tubuhku dari dahan kedahan hanya aku tak punya energi untuk membuyar ataupun merubah sosok tubuhku untuk saat ini. Aku meloncati dahan pohon apel yang berbuah ranum dan masih menunggu jawaban mereka. Tapi tatapan mereka kepadaku masih sama. Sama seperti tatapan laparku pada buah buah apel yang merah ini. Kupetik satu apel dan berkata pada mereka “ cobalah apel ini. Aku heran kenapa kalian terlalu haus akan daging. Meskipun aku tak tahu bagaimana rasa daging dari tubuhku ini. Cobalah makan apel ini.. ayo coba..” aku melempar dua buah apel pada mereka dengan gaya bukan seperti memberi makananan dengan bijak tapi lebih seperti melempari mereka berdua dan mengusirnya supaya tidak mengangguku. Aku tahu mereka hanya dua orang anak kecil  yang tak berpakaian dan merengek-rengek, tapi tetap saja aku tak rela kalau mereka harus menggerogoti tubuhku. Beberapa kali kupikirpun tetap hasilnya mengerikan. Mereka berdua menangkap apel yang ku lempar secara bersamaan. Mencoba menggigitnya bergantian dan sesekali terlihat ekspresi berpikir diraut wajah mereka, mengecap rasa baru dilidah yang terbiasa memakan daging. Hampir aku mengira bahwa usahaku memperkenalkan rasa apel akan berhasil ketika sontak saja aku terkaget. Mereka memuntahkan beberapa kunyahan apel yang sudah mereka rasakan. Aku loncat ke dedahanan yang ada di belakangku, karena aku yakin sesuatu yang buruk akan terjadi. Aku tak mau mereka tiba-tiba berubah kembali menjadi sosok harimau dan memburuku ganas dengan amarah karena telah memberikan rasa apel yang begitu tidak enak. Tapi dugaanku salah. Yang ada di depan mataku adalah pemandangan bahwa dua sosok anak manusia itu bergelimpangan dengan mulut yang berbusa. Ya tuhan, aku telah meracuni mereka.

0 comments:

Post a Comment