Wednesday, November 20, 2019

:)



Satu kata untuk memulai hari ini. “Alhamdulillah”.
Aku sangat bersyukur sampai detik ini masih diberi kesempatan untuk bernafas oleh tuhan. Ya, tepat dihari ini usiaku bertambah. Dengan kata lain, jatah hidupku juga berkurang. Melankolis sekali rasanya kalau mengingat waktu ke belakang. Betapa uniknya tuhan membuat cerita tentang ciptaannya. Suka duka semua berhasil dilalui. Banyak hal yang tak terduga muncul begitu saja hilir mudik silih berganti. Entah sampai kapan karena kita memang tidak pernah diberitahu ujungnya. Begitulah takdir. Dan sampai detik ini pula kita masih diperbolehkan untuk melakukan hal-hal yang kita inginkan. Sungguh berkah yang tiada tara yang terkadang kita lupa untuk mensyukurinya tiap saat.
Mungkin kita semua pernah mengalami keadaan dimana mimpi dan keinginan di masa lalu akhirnya telah terwujud. Lalu ketika keinginan yang lalu tersebut akhirnya terpenuhi apakah sertamerta membuat kita merasa puas? Apakah kita merasa bahagia karenanya? Pasti jawabanya “tidak”. Yakinlah bahwa manusia memang sudah memiliki naluriah untuk selalu menginginkan sesuatu. Tatkala keinginan yang satu terpenuhi, pasti akan muncul lagi keinginan yang lain. Dan begitulah terus menerus sampai mungkin suatu saat sadar bahwa hidup ini tidak akan pernah memberi kita kepuasan.
Keinginan, hasrat, mimpi, harapan, cita-cita dari harta, cinta, karir, kesehatan, sosial, dan bahkan hal-hal konyol sekalipun pasti selalu terlintas dalam pikiran kita dan diawali dengan kata “ingin”. Bahkan sebagai contoh mungkin ada sebagian orang yang merasa terlampaui dalam urusan harta, tetapi pada kenyataannya dia tidak merasa bahagia akan hidupnya, atau dia merasa kesehatannya tidak sebaik harta yang dimilikinya, atau relasi dan hubungan sosialnya tidak seperti yang dia harapkan. Pada akhirnya bahkan ketika satu unsurpun terlampau meluber, akan ada unsur lain yang membawanya kembali lagi ke angan-angan kata “ingin”. Ingin ini dan ingin itu.
Kehidupan ini serasa sebuah aneka tambang dimana manusia berlomba-lomba untuk menggeruk apapun yang ada di dalamnya untuk kepuasan masing-masing. Lantas sampai kapan? Tidak ada yang tahu. Mungkin sampai dimana dunia ini sudah tak ada lagi dan tuhan sudah mengangkat kata “ingin” dari dalam manusia itu sendiri. Kita juga sering mendengar istilah “putus harapan”. Menurutmu apakah orang yang mengatakan hal tersebut benar-benar terbebas dari keinginan? Jawabannya adalah “tidak”. Karena ada kondisi sebab akibat yang memunculkan istilah “putus harapan” tersebut. Dimana pada awalnya dia berharap akan sesuatu tapi tak terpenuhi hingga pada akhirnya dia mengatakan “putus harapan”. Lalu bagaimana kalau seandainya harapan dia tiba-tiba saja datang dan dia diberi kesempatan untuk menggapainya kembali? Apakah dia masih ada dalam kondisi putus harapan? Ataukah dia akan mencoba mengambilnya lagi? Pastinya dia akan mencoba  lagi untuk mengambil hal tersebut dengan kata “ingin”. Dan kalaupun kesempatan itu tidak datang, yakinlah dia masih akan mengatakan kata “ingin” untuk hal lainnya.
Semua pemikiran ini menghadirkan berbagai macam kesenjangan dalam hidup. Dan betapa kita semua menginginkan kesempurnaan yang bahkan sebenarnya kitapun tak tahu bagaimana bentuk nyata kesempurnaan itu. Atau bahkan kesempurnaan memang sebenarnya tidak pernah diciptakan oleh tuhan. Mungkin kesempurnaan adalah sebuah proyeksi dari banyaknya keinginan manusia itu sendiri yang berpikir apabila segala sesuatu terpenuhi maka artinya dia sempurna. Disini kita akan ingat dengan istilah “Kesempurnaan hanyalah milik Tuhan” bahwa segala sesuatu itu hanya dimiliki oleh Tuhan.
Pertanyaannya salahkah manusia yang menginginkan kesempurnaan? Apakah itu berarti dia menginginkan menjadi tuhan yang maha sempurna? Pasti tidak. Ya, karena memang itu hal yang mustahil untuk dipikirkan oleh orang awam sekalipun. Keinginan yang terlampau gila untuk dipikirkan. Sekali lagi, memangnya kamu ingin menjadi tuhan? Konyol bukan?
Keinginan pada dasarnya adalah naluriah manusia untuk berkembang. Kitapun ingat dengan segala pembelajaran sejarah terdahulu yang membahas perkembangan dari masa primitif sampai dengan modern kini. Zaman batu yang tergantikan dengan zaman teknologi. Semua tentunya akibat dari adanya keinginan. Keinginan untuk terus menyesuaikan. Tapi pertanyaannya menyesuaikan apa? Rasanya bumi-pun tidak berubah begitu saja. Nyatanya yang berubah adalah pemikiran dan realitas manusia itu sendiri yang tidak pernah merasa cukup akan sesuatu. Kita tak perlu berbicara bagaimana suatu hal dikatakan positif atau negatif. Karena kepastian dari hal tersebut layaknya memang sudah menjadi peraturan kehidupan. Sama halnya dengan perkembangan. Seorang anak tidak bisa memilih untuk tidak tumbuh menjadi dewasa. Perkembangan akan memaksanya untuk berubah. Tapi apakah itu sebuah keinginan? Entahlah.
Aah..akupun bingung kalau dihadapkan pada keinginan. Apalagi keinginan yang sulit didapatkan. Tapi rasanya tidak ada yang salah untuk berharap akan sesuatu. Begitulah hidup. Begitulah hasrat yang tuhan ciptakan. Tapi lebih dari segalanya, aku hanya ingin agar hidup yang diberikan ini tidak terbuang sia-sia. Menjalani segala hal baik sebisa mungkin tanpa merugikan siapapun. Bersyukur atas segala berkah tuhan dan kasih sayang orang-orang yang telah berjasa dalam hidup kita. Dan tentunya keinginan berbahagia dengan mencoba merasa cukup akan segala hal.