Friday, February 25, 2022

Pengalaman Terkena Omicron

Foto oleh Karolina Grabowska dari Pexels

 

Halo halo.. Apa kabar semuanya? Aku do'a kan semoga semuanya sehat dan baik-baik saja ya..

Tulisan kali ini aku mau cerita pengalaman aku terkena Covid-19 variant Omicron.

Kejadian awalnya sekitar tanggal 28 Januari 2022 bertepatan dengan hari Jumat. Kebetulan pada hari itu aku sedang jadwal masuk kerja. Sebagai informasi, kebetulan tempat kerjaku menjalani aturan selang seling antara Work From Office (WFO) dan Work From Home (WFH) dan saat itu aku sedang shift WFO.

Sekitar jam 4 sore, tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba saja aku merasa kurang enak badan seperti masuk angin. Perut kembung dan sedikit enek. Tentu saja aku langsung berpikir kalau mungkin aku sedang masuk angin. Oleh karena itu aku langsung minum T#lak angin yang aku minta dari temanku.

Sedikit cerita juga, beberapa hari ke belakang ada 2 orang yang terpapar Covid-19 di tempat kerjaku. Merekapun pada saat itu langsung melakukan isolasi mandiri. Awalnya aku sempat kepikiran parno sih, tapi kalau di ingat-ingat aku tidak pernah kontak dengan orang-orang tersebut. Posisi duduknya juga berjauhan. Hanya saja kami memang satu ruangan dan berada pada sistem sirkulasi udara yang sama.

Kembali ke hari Jumat tadi, aku pulang kerja sekitar habis magrib. Kondisi badanku saat itu masih merasa perut kembung dan sedikit enek walaupun sebelumnya sudah minum T#lak angin. Sesampainya di kosan, aku membuat minuman rempah-rempah dan mandi dengan air hangat lalu membalurkan kayu putih di perutku. Lumayan terasa lebih baik dan akhirnya tidur dengan tenang.

Pada hari Sabtu pagi, saat bangun tidur aku merasa tenggorokan agak sedikit kering. Mungkin memang aku kurang minum saja pikirku. Akupun minum air putih dan langsung membuat lagi minuman rempah-rempah. Perasaan masuk angin sebenarnya sudah tidak ada, hanya saja rasa kering di tenggorokan ku masih terasa seharian, walau samar-samar. Tidak menimbulkan sakit saat menelan. Hanya benar-benar terasa kering seperti kurang minum saja. Aku menjalani kegiatan weekend seperti biasanya, cuci baju, bersih-bersih, masak, rebahan. sama sekali tidak pergi kemana-mana.

Hari Minggu sore, aku membeli air kelapa hijau dan makan dengan lahap seperti biasa walau rasa kering di tenggorokan masih saja awet. Saat aku tidur malam, tiba-tiba aku terbangun sekitar jam 1 malam dan merasakan badanku meriang, berkeringat dingin dan perut sangat mual. Akupun langsung bangun dari tempat tidur dan menuju toilet. Tanpa bisa ditahan lagi, saat itu aku muntah dan badan gemeteran. Masih saja aku gak berpikir aneh-aneh, karena memang kejadian seperti itu pernah juga aku alamin dulu karena kecapean. Ku minum air putih hangat dan mencoba membalur minyak kayu putih lalu tidur kembali.

Hari Senin, kebetulan aku shift WFO lagi. Aku berangkat ke tempat kerja dengan kondisi badan yang sebetulnya kurang fit, tapi gak parah. Jadi masih bisa menjalani kegiatan seperti biasanya.

Hari Selasa, syukurnya aku shift WFH, senang rasanya jadi bisa sambil istirahat. Aku juga sempat konsultasi dengan dokter secara online dan diresepkan beberapa obat seperti obat radang, antibiotik anti mual, dan paracetamol karena saat itu aku sudah merasa sedikit ada demam dan pusing. Disaat matahari sedang cerah, aku menyempatkan untuk berolah raga ringan di rooftop sambil berjemur sinar matahari.

Hari Rabu, aku masuk kerja dengan kondisi yang hampir normal-normal saja. Demam dan pusing tidak terasa mungkin karena ada pengaruh obat juga. Hanya rasa kering ditenggorokan masih awet. Ditempat kerja, aku mencoba untuk menjauh dari orang-orang karena memang hati kecilku merasa ada yang tidak beres. Tapi saat itu aku belum berani untuk melakukan tes Covid-19.

Hari Kamis aku shift masuk kerja lagi. Aku berangkat kerja dengan perasaan yang tidak nyaman. Akhirnya sebelum sampai ke tempat kerja, aku memberanikan diri untuk mampir ke laboratorium terdekat dan melakukan tes antigen. Memang sih kesannya lama banget ya aku menunda tes dari saat aku merasa kurang enak badan. Tapi memang gejalanya itu naik turun dan tidak parah sehingga aku tetap berpikir positif kalau memang sedang kurang enak badan biasa saja dan tadinya berharap akan sembuh sendiri dalam waktu dekat.

Setelah aku tes antigen di laboratorium, aku pun melanjutkan berangkat ke tempat kerja. Sesampainya di tempat kerja, tiba-tiba ada pesan whats#pp masuk dari laboratorium yang memberitahukan hasil tes antigen ku yang ternyata Positif Covid-19. Tanpa berpikir panjang aku langsung pergi keluar dari tempat kerja dan menelpon atasan dan teman kerjaku. Saat itu aku langsung diminta untuk pulang dan kembali ke laboratorium yang tadi dan melakukan tes PCR. 

Perasaanku saat itu lumayan panik, takut, dan mencoba beberapa kali menenangkan diri dan mensugestikan untuk tetap tenang dan menganggap seperti flu biasa saja. Aku juga flashback memikirkan riwayat perjalanan dan interaksiku beberapa waktu terakhir. Tapi rasanya tidak ada kontak atau riwayat perjalanan, kecuali hanya ke tempat kerja. Prokes juga selalu kujalankan dengan cukup baik. Palingan hanya membuka masker saat sedang makan saja. Vaksin sudah 2 dosis.

Setelah menunggu 8 jam di kosan, akhirnya datang juga hasil PCR ku yang dikirim melalui whats#pp. Hasilnya Positive Covid-19. Untung saja CT Value nya cukup tinggi. Temanku bilang mungkin saja kalau misalkan aku tidak tes dan diam-diam saja, ya mungkin aku udah akan sembuh dengan sendirinya dan ga ada orang yang tau juga. Wkwk. Tapi tetap lebih baik kita tau status kita untuk berjaga-jaga dari hal-hal yang tidak diharapkan dan juga agar semua orang yang dekat dengan kita tidak ikut tertular.

Sebagai informasi tambahan, CT Value yang tinggi itu menandakan kalau tingkat infeksi virus di tubuh kita itu tidak terlalu parah dan bahkan mungkin tidak berpotensi untuk menularkan ke orang lain karena jumlah virusnya sedikit. Lain halnya kalau CT Value yang rendah tandanya tingkat infeksi virus ditubuh kita itu sangat perlu di waspadai dan berpotensi menularkan ke orang lain karena ibaratnya kuantitas virusnya juga banyak. Itu sepemahamanku ya, mohon dikoreksi kalau misalnya kurang tepat.

Dengan adanya hasil PCR yang positif, akupun otomatis menjalani isolasi mandiri. Untungnya aku tinggal sendiri jadi gak ribet kalau masalah isolasi dan memang orangnya jarang sosialiasi sama tetangga juga jadi bagiku mudah saja menjalani isolasi mandiri ini. Terlebih gejala sakitnya juga tidak terlalu parah. Persis seperti batuk pilek saja dan pusing yang kadang muncul kadang hilang. Kalau suhu tubuh sih normal. Tapi kalau malam seringnya keringat dingin sampai basah oleh keringat seperti orang habis olah raga.

Sistem di negeri ini lumayan bagus lho. Jadi hasil PCR ku itu udah langsung terhubung ke pusat data Kemenkes. Hal ini dibuktikan dengan adanya pesan whats#pp dari Kemenkes yang memberitahukan kalau NIK atas nama ku termasuk sebagai pasien positif Covid-19. Dalam pesan itu, ada beberapa panduan yang diberikan. Salah satunya adalah layanan telemedicine yang biayanya ditanggung pemerintah. Jadi kita diminta untuk konsultasi dengan dokter secara online pada aplikasi-aplikasi kesehatan yang linknya tercantum dalam pesan Kemenkes itu. Kita bisa memilih 1 aplikasi yang kita mau gunakan. Kebetulan saat itu aku memilih aplikasi H#lodoc karena memang aku sudah biasa memakai aplikasi itu.

Dalam sesi konsultasi dengan dokter, kita diminta untuk mengatakan bahwasannya kita adalah pasien positive Covid-19 dan sudah mendapat pesan dari Kemenkes. Setelah itu dokter pun menanyakan gejala-gejala yang dialami. Dari diagnosanya, aku termasuk pasien dengan gejala ringan. Dokter menganjurkan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah. Tidak lupa dokternya juga memberikan resep obat-obatan yang harus di minum. Saat itu aku di resepkan antivirus, beberapa jenis vitamin, paracetamol dan obat batuk. Sesi konsultasinya tidak dipungut biaya karena pada saat pembayaran di aplikasi, kita tinggal masukin kode khusus yang diberi oleh kemenkes. Sedangkan untuk penebusan obat, dilakukan terpisah di situs isoman.kemenkes.go.id. Disana kita akan diminta untuk log in dengan NIK dan mengisi beberapa data seperti alamat pengiriman, dll. Tidak lupa juga ada opsi untuk meng-upload resep obat yang telah dikasih sama dokter dari aplikasi H#alodoc tadi.

Setelah pengisian data selesai, kita tinggal tunggu saja obatnya dikirimkan oleh Kimia Farma melalui layanan ekspedisi ke tempat tinggal kita. Dalam situs Isoman itu, kita juga bisa melacak history pengiriman paket obat kita lho. Jadi menurutku, ini sangat praktis dan membantu sekali.

Memang tidak ada sesuatu yang sempurna. Masalah ternyata tetap ada. Saat itu pengiriman paket obatnya lumayan lama di ekspedisi. Kalo gak salah 3 hari an. Padahal dikirimnya sama-sama dari Jakarta. FYI saat itu ekspedisinya yaitu SiCep#t. Aku mikir mungkin memang sedang overload kali ya makanya pengirimannya lumayan lama padahal setauku pengirimannya itu harusnya Sameday. Lalu yang bikin panik adalah di history pengiriman di situs isoman, paket obatku tertulis sudah sampai jam 10 malam dan ditaruh depan pagar rumah oleh kurir SiCep#t. Berkali-kali aku memeriksa keberadaan paket obatku. Tapi tidak ada. Karena memang tidak ada pagar juga ditempat tinggalku 😂. Makanya agak panik, takutnya yang dimaksud pagar itu adalah pagar komplek karena biasanya pagar komplek itu dikunci jam 10 malam. Tapi masa iya sih pengiriman paket sampe jam 10 malam dan ditaruh di sembarang tempat ya. Akhirnya aku sempat menghubungi call center SiCep#t tapi respond nya lama karena memang kita gak dikasih tau juga nomor resi pengirimannya oleh Kimia Farma selaku pengirim obat dari Kemenkes. Lalu aku juga menghubungi call center Kimia Farma. Sama juga respond nya sangat lama karena mungkin itu tadi overload kali ya. Akhirnya aku pasrah saja menunggu sambil meminum obat-obatan seadanya yang ku punya sampai akhirnya si paket obatpun sampai. 

Paket obatnya dikemas seperti paket biasa hanya saja tidak pakai bubblewrap dan kotaknya penyok-penyok 😂. Jadi diluarnya hanya dibungkus dengan plastik bening, tertera alamat, dll. Tidak lupa ada label Sameday nya. Kotaknya kaya kotak obat dari kertas biasa dan ada tulisan Paket Telemedicine dari Kemenkes. Ada jenis paketnya juga yaitu Paket B. Kayanya sih memang sudah di custom dari sana nya ya. Ada Paket A untuk yang OTG dan Paket B untuk orang yang bergejala ringan. Kebetulan aku termasuk gejala ringan jadi dikasihnya Paket B. Berhubung paket obat itu sudah dicustom dari sananya, sesuai ekspektasi isinya pun standar saja dan tidak sama persis dengan resep obat dari dokter yang ku upload di situs Isoman. Isi dari paket B yang kuterima adalah antivirus, paracetamol, dan suplemen. Minus obat batuk. 

Semua obatnya beda merk sih dengan yang di resepkan dokter. Tapi jenisnya yaa.. masih terbilang sama lah. Jujur aku hanya ngambil antivirusnya saja karena menurutku itu yang paling penting. Anjuran dosisnya juga cukup banyak. Hari ke 1, 2x sehari 8 tablet. Hari ke 2-5, 2x sehari 3 tablet. Kalau aku beli sendiri di apotek, antivirus ini harganya cukup mahal. Makanya ini wajib aku habiskan. Kalau untuk paracetamol dan suplemen nya tidak ku pakai karena aku sudah punya paracetamol dan suplemen pribadi yang sudah biasa aku minum. Untungnya gejala batuk sudah tidak ada, jadi aku gak perlu-perlu banget obat batuk.

Tanpa terasa 10 hari isolasi mandiri telah ku lalui. Dan jujur aku tidak merasa bosan sih. Karena memang tanpa isolasi pun aku sudah jarang kemana-mana dan males keluar rumah. Me time selama itu tanpa tuntutan kerjaan tapi tetap di gaji, tentunya aku cukup senang. Karena rasa senang itu juga, kondisi badanku alhamdulillah cepet banget pulihnya. Intinya memang dibawa happy aja dan disyukuri. Kerjaanku hanya makan, tidur, nonton film, baca buku, olah raga ringan, main game, bersih-bersih, ya gitu lah..

Hari ke 11 aku menjalani tes PCR kedua dan alhamdulillah juga hasilnya sudah Negatif. Hari ke 13 aku sudah masuk kantor seperti biasa.

Begitulah pengalamanku terkena Omicron. Kalau dari segi gejala yang aku rasakan, alhamdulillahnya sih ya memang masih gejala ringan yang tidak mengharuskan untuk mendapat perawatan khusus. Kadang-kadang juga gejala itu hilang timbul. Sehari demam, sehari engga. Kalau untuk masa-masa isoman, aku enjoy saja dan memanfaatkan masa itu untuk benar-benar istirahat dan menguatkan imun. Apalagi pas hari-hari akhir isoman, gejala-gejala yang tadinya ada sudah pada hilang total sehingga aku benar-benar merasa sedang liburan saja. Ditambah banyak juga teman-teman yang support dan mengirimkan stock makanan.

Pokoknya pesan untuk teman-teman semua yang sekiranya sedang menjalani isoman, terus positif thinking aja dan yakin akan sembuh. Terus semangat dan jalani hari-hari dengan gembira dan banyak bersyukur dan berdo'a. Tidak lupa untuk teratur minum obat, vitamin, dan makan-makanan yang bergizi, serta istirahat yang cukup. 

Bagi teman-teman yang sehat, kita gak tahu kapan penyakit bisa datang menghampiri, jadi tetaplah waspada dan jaga kesehatan. Saling mengingatkan untuk tetap mematuhi protokol kesehatan. Jangan sampai ada keinginan terkena Covid-19 agar bisa isoman deh. Karena kita gak tahu kalau misal terkena Covid-19 itu gejalanya akan bagaimana di tubuh orang yang berbeda. Ya syukur-syukur kalau gejalanya ringan, kalau gejalanya berat kan bahaya juga. Pokonya jangan mau sakit deh intinya.

Sekian cerita pengalamanku kali ini, semoga ada manfaat yang bisa dipetik. Mohon maaf kalau ada salah-salah kata dan terimakasih sudah mampir di blog ku ini. 

Sampai jumpa~



0 comments:

Post a Comment