Wednesday, February 21, 2018

Menghabiskan waktu di Solamachi dan Asakusa



Kalo denger kata Asakusa, rasanya udah gak asing ya ditelinga. Apalagi bagi para pecinta travel. Gak afdol rasanya kalo gak nyempetin dateng ke Asakusa hehe. Bagi yang belum tahu, Asakusa itu nama salah satu daerah di Tokyo, Jepang. Yang paling terkenal dari Asakusa adalah Kuil Sensoji atau sering disebut kuil Asakusa. Selain menjadi tempat peribadatan, kuil Asakusa juga menjadi semacam tempat wisata yang bebas dikunjungi oleh setiap orang. Daya tarik wisatawan yang datang ke Asakusa gak pernah sepi karena memang lokasi ini tidak hanya menyediakan tempat ibadah, tetapi banyak pula toko-toko yang menjual berbagai souvenir dan kebutuhan. Toko-toko ini banyak berjejeran di sekitaran Nakamise, yaitu sepanjang jalanan komplek di luar kuil Asakusa.
 
Menyambung postingan sebelumnya dimana pada akhir September 2017, aku dan teman-teman berkesempatan untuk jalan-jalan ke Tokyo, Jepang. Itinerary hari pertama di Tokyo adalah mengunjungi Tokyo Solamachi dan Asakusa. Berhubung kita sewa apartemen di daerah Sumida yang deket banget sama lokasi Tokyo Solamachi, akhirnya kita putuskan untuk mengunjungi Solamachi terlebih dahulu. Solamachi ini adalah sebuah mall besar yang sangat terkenal di daerah Sumida. Seebenarnya objek utama di mall Solamachi ini adalah adanya Tokyo Sky Tree yang merupakan menara penyiaran tertinggi di Jepang. Lalu ada pula Sumida Aquarium yang menampung banyak biota laut yang indah. Tetapi tentunya untuk memasuki area Tokyo Sky Tree dan Sumida aquarium dibutuhkan tiket masuk yang cukup mahal menurutku. Tapi wajar saja kalau memang fasilitas yang tersedia juga memuaskan.

Tapi yang paling membuat aku seneng sebenarnya bukan kedua objek tadi. Melainkan adanya Pokemon Center di Solamachi. Hehe. Sebagai fans berat Pokemon tentunya aku merasa kalang kabut sekali saat akhirnya aku bisa mengunjungi Pokemon Center yang menjual berbagai merchandise Pokemon. Sama seperti orang mengidolakan K-pop dan datang ke konser idolanya. Mungkin aku juga seseneng itu. Walaupun Pokemon Center itu menjual barang-barang yang sebetulnya mahal, tetapi kalau sudah cinta memang bisa membuat kita buta ya. Aku membeli banyak merchandise Pokemon disana walaupun pas sudah kembali ke Indonesia aku sadar kalau aku terlalu banyak menghabiskan uang hanya untuk Pokemon things. Tetapi ya sudahlah, yang terpenting aku puas dan aku berpikir mungkin saja kan itu adalah momen sekali dalam hidupku. Jadi yaa.. worth it sajalah sebagai pengalaman.
 

Tokyo Solamachi & Sky Tree

Hari ke-1

Pokemon Plush

Hari ke-2

MonColle (Monster Collection)

Selain Pokemon Center, di Solamachi terdapat pula Daisho. Toko yang menjual berbagai macam perabotan, aksesoris sampai makanan yang serba 100 Yen. Kalo dihitung-hitung, 100 Yen itu sekitar Rp.12.000-an jadi rasanya worth it banget buat belanja 1 item dengan kualitas yang bagus hanya 12 ribuan saja. Sebetulnya di Indonesia juga ada Daisho. Tetapi harga-harganya lebih mahal menurutku. Yaitu sekitar Rp.25.000 an. Beda jauh ya. Maka dari itu berbelanja di Daisho yang langsung ada di Jepang lebih menyenangkan dibanding Daisho yang ada di Indonesia. Selain perbedaan harga, barang-barang yang dijual di Daisho Indonesia juga tidak seberagam seperti yang di jual di Jepang. Itu menurutku sih.

Di mall Solamachi ini, banyak banget toko-toko yang tidak bisa ku sebut satu persatu. Dan akupun kayanya tidak tamat betul dalam mengelilingi Mall ini karena memang areanya luas. Yang jelas selama di Solamachi aku sangat puas cuci mata dengan berbagai produk Jepang yang bagus dan berkualitas. 
 
Saat jam makan siang, aku dan teman-teman sempat pergi ke area food courtnya. Banyak banget pilihan makanan Jepang yang bisa dibeli terutama Sushi dan Sashimi yang udah kaya makanan biasa aja kalau disana. Dan harganya pun murah-murah dengan rasa yang asli Jepang. Fresh gitu deh. Kebanyakan kan kalau di Indonesia, Sushi dan Sashimi aja rasanya bisa jadi berbeda karena menyesuaikan lidah Indonesia. Ya sama aja halnya misal kita makan rendang langsung di Padang atau makan rendang di Jepang, mungkin bakalan ada bedanya juga kan.
 
Setelah cukup kenyang muter-muter di Solamachi, kita melanjutkan perjalanan menuju Asakusa. Dari Solamachi kita jalan kaki terlebih dahulu menuju stasiun kereta terdekat yaitu St.Oshiage. Sebenernya ada dua stasiun terdekat dari sana yaitu St.Oshiage dan St.Skytree. Tapi waktu itu kita memilih St.Oshiage. Dengan perjalanan sekitar 3-4 menitan kita sudah sampai di St.Asakusa dengan melewati 2 stasiun lain sebelumnya.
 
Keluar dari St.Asakusa kita jalan kaki menuju Kaminarimon street. Pokonya waktu itu kita ikutin kerumunan orang yang kebanyakan pasti pada mau ke Kuil Sensoji. Atau bisa juga sih buka google map untuk tau arah jalannya. Jarak dari St.Asakusa ke Kaminarimon tidak terlalu jauh.
 
Dari jalan raya, kita udah bisa melihat Gerbang yang ada lampion merah raksasa ditengah-tengahnya. Di lampion itu ada tulisan kanji “Kaminari & Mon” (雷門) atau bisa diartikan “Gerbang Halilintar”. Ada yang menarik perhatianku di sekitar Kaminarimon yaitu banyaknya abang-abang “Jinrikisha” (人力, Kendaraan dengan Tenaga Manusia). Jinrikisha itu mirip-mirip seperti Becak yang ada di Indonesia. Bedanya kalau Jinrikisha itu posisi abangnya narik kendaraan sambil lari seperti kuda Delman. Kalau Becak kan abangnya duduk dan mengayuh dibelakang penumpang. Jadi kelihatan banget kalo Jinrikisha ini bener-bener ngandelin kekuatan otot. Makanya gak heran abang-abangnya itu seperti atlet binaraga. Pakaiannya juga serba ketat sehingga lekukan tubuhnya juga terlihat. Mungkin selain untuk menarik perhatian pengunjung, memang pakaian tersebut berfungsi agar mobilitas pergerakannya jadi lebih gesit dan gak ribet gitu pas narik Jinrikisha nya.
 
Para Jinrikisha disini membawa selembaran kertas yang berisi tarif layanannya. Layanan yang ditawarkan itu umumnya untuk dianter keliling-keliling kawasan Asakusa. Asik sih memang. Tapii pas aku lihat tarifnya memang mahal. Sekitar 4000-5000 yen tergantung paketnya. Kalo dijadiin rupiah bisa lebih dari Rp.500.000. Sesuatu banget kan yaaa.. Tapi ya wajar juga sih kalo tarifnya mahal karena mereka bener-bener ngandelin tenaga fullnya untuk narik itu Jinrikisha. Dan dari yang ku dengar, para Jinrikisha ini tuh ada asosiasinya yang mengatur mereka. Bagi yang penasaran, bolehlah kapan-kapan dateng ke Asakusa buat nyobain Jinrikisha ya.  Tapi karena aku sedang berhemat, gara-gara kalap sama Pokemon, jadinya untuk naik Jinrikisha nanti dulu deh Hehe.

Baca juga : Tips berhemat (Link)

Seetelah kita masuk gerbang Kaminarimon, kita akan disambut sama pemandangan Nakamise yang eyecathing banget. Deretan toko yang menjual berbagai  macam pernak-pernik dan makanan khas Jepang berderet rapih di kanan kiri jalan menuju Kuil Sensoji. Pemandangan sore, keramaian orang-orang dan lelampuan di Nakamise, rasanya gak bisa dilupain deh, bikin suasana hangat dan pengen kembali lagi kesana. Banyak banget jajanan bikin ngiler dari mulai Dorayaki, Mochi, Dango, Takoyaki, Matcha ice cream, Taiyaki dll. Dan banyak juga yang menjual Senbei berbagai variant rasa. Senbei itu sejenis Rice Cracker atau mirip seperti Opak kalau di Indonesia. Sama-sama terbuat dari beras hanya bedanya kalo Senbei dikasih bumbu macem-macem. Ada yang rasa seafood, soyu, wasabi, rumput laut, dsb. 
 
Oh iya, kalo beli cemilan disana, usahakan jangan dimakan sambil berjalan. Sebenernya ini semacam kebiasaan dan norma kesopanan aja sih, kalo mau makan cemilan lebih baik melipir dulu, atau duduk apabila disediakan tempat duduk. Kalo soal harga makanan dan barang-barang di Nakamise, menurutku sih relatif. Ada yang murah, ada juga yang mahal. Pinter-pinternya kita aja mencari harga yang sesuai dengan dompet kita.
 
Kaminarimon. Muka nya lagi kobe maaf wkwk
Pemandangan Nakamise saat masuk dari Kaminarimon
Deretan pertokoan Nakamise
 
Beberapa Spot di Nakamise
 
Matcha Ice cream

Setelah cukup puas menelusuri pertokoan di Nakamise, kita bakal nemuin gerbang kedua yang bertuliskan Hozomon dan kita juga mulai masuk ke area kuil Sensoji. Di area itu tidak ada lagi pertokoan. Jadi benar-benar komplek kuil untuk ibadah. Ada pemandangan pagoda Gojunoto (Pagoda Lima Cerita), ada tempat mandi dupa dan ada bak air untuk cuci tangan dan berkumur sebelum memasuki kuil (semacam wudhu sebelum ibadah). Ada juga tempat yang menjual Omamori (Jimat keberuntungan) dan tempat ramalan. Tapi karena semua tulisannya pake bahasa Jepang, jadi kalo gak ngerti percuma juga beli wkwk. 
 
Sehabis foto-foto di area kuil Sensoji, kita pulang dan kembali menelusuri deretan Nakamise. Ternyata di belakang Nakamise masih banyak banget pertokoan lain yang menjual macam-macam kebutuhan dari mulai baju-baju khas Jepang seperti kimono, yukata, dsb. Jadi bener-bener komplek yang bergang-gang penuh dengan pertokoan.
 
Setelah kita benar-benar puas keliling area Nakamise, kali ini langsung pulang menuju stasiun Asakusa kembali dan siap untuk wisata di hari berikutnya. Udahan dulu untuk cerita kali ini. Ditunggu cerita selanjutnya yaa~


Gerbang Hozomon
Pagoda Gojunoto
Kuil Sensoji. Terlihat spot untuk mandi dupa didepannya
Salah satu sudut dekat Nakamise



0 comments:

Post a Comment